BANJARNEGARA — Bencana tanah longsor yang melanda Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, kembali membawa duka mendalam. Hingga Senin malam (17/11/2025), dua warga dipastikan meninggal dunia, sementara 27 lainnya masih dinyatakan hilang.

Dua korban meninggal adalah Klewih (40), warga yang sempat ditemukan dalam kondisi tidak sadar dan dirawat di RSUD Hj Anna Lasmanah, namun akhirnya meninggal dunia. Ia telah dimakamkan di Dusun Pundung.

Korban kedua, Darti, ditemukan pada Senin (17/11) dalam kondisi utuh meski tertimbun material longsor. Saat pertama ditemukan dan masih berbalut lumpur, korban sempat dikira warga lain yang bernama Esiah. Setelah melalui pemeriksaan dokter dan identifikasi oleh keluarga, ciri-cirinya dipastikan sesuai dengan Ny. Darti. Ia dimakamkan di Dusun Sokawera.

*tanah masih bergerak, pengungsi bertambah*
Komandan Satgas Penanganan Bencana Longsor Situkung, Letkol Czi Teguh Prasetyanto, S.IP, menjelaskan bahwa proses evakuasi masih menghadapi tantangan berat karena struktur tanah yang sangat labil. Tanah masih terus bergerak sehingga tim belum dapat menembus pusat longsor. Menurutnya, keselamatan tim evakuasi menjadi prioritas. Hujan deras yang mengguyur wilayah setempat pada siang hari membuat operasi pencarian terpaksa dihentikan sementara karena risiko longsor susulan meningkat tajam akibat tanah yang jenuh air.

Jumlah pengungsi terus bertambah dan saat ini mencapai 917 jiwa. Mereka tersebar di Posko Gedung Haji Desa Pringamba, GOR Desa Beji, serta rumah keluarga yang menampung para warga terdampak. Luasan area longsor diperkirakan mencapai 10,2 hektar dengan total 194 rumah rusak.

Kerusakan permukiman meliputi rumah-rumah di Dusun Pringamba RT 2 RW 3, di Situkung RT 3 RW 3, serta di Situkung RT 4 RW 3. Sebanyak empat warga dirawat di RSUD Hj Anna Lasmanah dan empat belas lainnya menjalani perawatan di puskesmas terdekat.

*selamat, berlindung di kandang ternak*
Di tengah suasana duka, tim gabungan berhasil mengevakuasi 51 warga yang sebelumnya bertahan di kandang ternak di tengah hutan. Mereka ditemukan dalam kondisi selamat. Selain evakuasi warga, sejumlah hewan ternak berupa sapi dan kambing juga berhasil diselamatkan dari area rawan longsor.

Pendataan jumlah korban hilang masih terus diperbarui. Letkol Teguh menegaskan bahwa data bersifat dinamis dan sangat bergantung pada informasi yang masuk dari warga. Ia berharap tidak ada tambahan korban meski indikasi di lapangan menunjukkan kemungkinan masih adanya warga yang tertimbun. Untuk hari ketiga, tim akan memfokuskan pada pemantauan pergerakan tanah dan penyisiran titik aman sebelum menentukan kelanjutan pencarian di pusat longsor.

*kejadian begitu cepat*
Seorang saksi di lokasi kejadian, Marno, warga Dusun Situkung yang rumahnya ikut terdampak, menggambarkan, kejadian longsor sangat cepat.
“Saya hanya mendengar gemuruh besar seperti suara batu runtuh. Ketika keluar rumah, semuanya sudah gelap oleh debu dan tanah. Orang-orang berlarian, berteriak memanggil keluarga mereka. Kami tidak menyangka longsornya sebesar itu,” ujarnya dengan suara bergetar.

Ia menambahkan bahwa banyak warga tidak sempat menyelamatkan barang-barang karena tanah bergerak begitu cepat.

Pemerintah Kabupaten Banjarnegara terus bekerja maksimal dalam proses evakuasi, pelayanan pengungsi, dan penanganan lokasi terdampak. Pemkab juga terus berkordinasi dan mendapat dukungan baik dari Pemerintah provinsi, pusat, lembaga, relawan dan masyarakat luas melalui donasi kemanusiaan Peduli Longsor Situkung.*** (tim_kominfo).